Hati Seorang Mukmin
Bencana lahiriah yang mudah dilihat dan dirasakan oleh bangsa ini terus saja terjadi silih berganti. Bagi orang beriman bencana lahiriah seperti ini merupakan hal yang positif karena dapat menghapuskan dosa dan meningkatkan derajatnya di sisi Allah. Bagi orang mukmin yang durhaka, bencana merupakan peringatan yang diberikan atas dasar kasihsayang Allah sebelum kedurhakaan mereka itu menjerumuskan mereka ke neraka yang kekal. Dengan adanya peringatan ini orang mukmin yang durhaka bisa kepada Allah. Dengan teguran ini, mukmin yang durhaka diharapkan kembali taat kepada peraturan Allah yang selama ini diabaikan bahkan dilanggar.
Pertanyaannya, apakah kita termasuk dalam golongan orang yang beriman?
Sabda Rasulullah: "Iman ialah mengenal dengan hati diucapkan dengan lidah dan mengamalkan dengan perbuatan”(At Tabrani)
Jadi, yang berperan penting dalam iman ini adalah pengenalan dengan hati. Ucapan dan perbuatan hanyalah mengikuti saja. Semua orang bisa mengucapkan dua kalimat syahadat, sholat, puasa, haji, sedekah, dan banyak lagi amal. Akan tetapi, mengucapkan syahadat dan amal perbuatan itu tidak mengesahkan bahwa seseorang itu beriman. Ia baru dikatakan Islam saja. Iman itu adalah apa yang ada di dalam hati.
“Orang Arab Badwi itu berkata, ’Kami telah beriman’. Katakanlah (pada mereka), ‘Kamu belum beriman’. Tetapi kamu katakan, ‘Kami telah tunduk (Islam)’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Hujurat: 14).
Karena iman adalah sesuatu yang ada di dalam hati, maka kita perlu mengenal hati kita. Karena tanpa mengenal hati, kita tidak bisa mendidik hati. Hati (sebutan ketika ruh merasa) adalah hakikat kejadian manusia, karena itu ia diberi keupayaan untuk merasa senang dan susah. Ia sangat sensitif terhadap apa yang terjadi, didengar, dilihat dan dirasa. Sehingga ia menentukan sikap manusia baik positif atau negatif. Memang hakikat penciptaan hati oleh Allah adalah suatu yang Maha Ajaib. Kecepatan perjalanan hati tidak terhitung dan ruang gerakannya tiada terbatas. Hati atau ruh ini tidak mati sewaktu jasad lahir manusia mati. Ruh berpindah ke alam barzakh dan seterusnya ke akhirat.
Itulah dia hati manusia.Hati manusia berbeda dengan hati hewan, karena hati manusia bisa menerima perintah dan larangan; ia disebut rohul amri. Manakala hati hewan tidak bersifat demikian; ia disebut rohul hayah.
Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya di dalam diri manusia itu ada segumpal daging. Jika baik daging itu, baiklah manusia. jika jahat daging itu, jahatlah manusia Ketahuilah itulah hati”. (Riwayat Bukhari & Muslim)
Hati bisa baik dan bisa jahat. Rasa senang apabila ia dipuji. Rasa menderita apabila dicaci. Rasa riya’ dan megah apabila mendapat kelebihan dan kejayaan. Rasa ujub apabila mempunyai kemampuan. Rasa inferiority complex apabila dia mempunyai kekurangan. Rasa sombong dan angkuh apabila berkuasa, ada ilmu, ada kekayaan atau ada kekuatan. Rasa marah apabila diejek dan dihina. Rasa tidak senang (hasad) apabila melihat orang lain lebih. Rasa dendam apabila orang menganiayainya. Simpati dengan orang susah. Rasa keluhkesah apabila dapat susah. Rasa terhutang budi dan terima kasih pada orang yang menolong. Rasa gemetar apabila berhadapan dengan perkara yang menakutkan. Rasa jijik apabila berhadapan dengan benda kotor.
Begitulah gelombang hati yang beralih-alih kepada berbagai-bagai rasa dengan sendiri nya, apabila dirangsang oleh faktor-faktor luar. Ada rasa yang jahat dan ada yang baik. Perasaan itu kemudian akan mempengaruhi sikap lahir manusia. Kalau rasa itu baik, baiklah tindakan manusia. Dan kalau rasa itu jahat maka jahatlah tindakan lahir manusia.
0 ulasan:
Catat Ulasan